CLOSE
'Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6804. Indeks ditopang oleh sektor Consumer Cyclicals (2.832%), Basic Materials (1.572%), Financials (1.047%), Transportation & Logistic (0.893%), Consumer Non-Cyclical (0.631%), Energy (0.622%), Industrials (0.377%), Properties & Real Estate (0.211%), Infrastructures (0.153%), kendati dibebani oleh sektor Technology (-0.018%), Healthcare (-0.16%) yang mengalami pelemahan yang belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6750 dan level resistance 6850. Bursa Amerika Serikat (AS) berakhr dalam tekanan pada Senin (7/2/2022), di tengah rilis kinerja keuangan emiten kakap yang variatif sementara inflasi Januari dikhawatirkan bakal tembus angka 7%. Indeks Dow Jones Industrial Average naik cuma 1,39 poin ke 35.091,13 sementara S&P 500 turun 0,37% ke 4.483,87 dan Nasdaq anjlok 0,58% ke 14.015,67. Sentimen hari ini yaitu dari dalam negeri, kabar positif mengenai pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 yang mengindikasikan pemulihan ekonomi nasional justru ditimpali kabar buruk berupa pengetatan kembali kegiatan sosial-ekonomi. Pemerintah akhirnya memutuskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) naik menjadi level III menyusul lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Selain itu, investor perlu memperhatikan yaitu cadangan devisa Indonesia per Januari yang akan dirilis pada pagi ini. Sejauh ini, konsensus analis yang dihimpun Tradingeconomics berujung pada angka estimasi sebesar US$ 145,2 miliar atau sedikit bertambah dari posisi sebulan sebelumnya senilai US$ 144,9 miliar. Jika cadangan devisa terbukti menguat lebih tinggi dari ekspektasi, pasar berpeluang bereaksi positif dan mengurangi PPKM effect di pasar pada hari ini. Penguatan cadangan devisa akan mempertebal keyakinan pasar akan kekuatan kapital bank sentral untuk menstabilkan rupiah. Secara bersamaan, cadev yang terjaga dan terus bertumbuh menjadi indikator bahwa tekanan arus dana keluar (capital outflow) yang biasanya terjadi jelang penaikan suku bunga acuan negara maju belum terlihat pada Januari ini. Pada 2013, kebijakan moneter ketat hawkish di Amerika Serikat sempat memicu taper tantrum berupa keluarnya dana asing dari pasar negara berkembang, untuk kembali ke negara maju dan memburu obligasi pemerintah mereka yang menawarkan kupon lebih tinggi. (Source : CNBC Indonesia).
PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71
Jakarta Pusat 10340, Indonesia
Website : www.erdikha.com